Contoh Sampul, Daftar Isi, Bab I,Bab III dan Daftar Pustaka Makalah Yang Sedikit Benar. Bab II Masih Salah


 Mata Kuliah : Bahasa Indonesia
 Tugas            : Makalah Kelompok

FUNGTUASI (PENULISAN HURUF, KATA, DAN TANDA BACA)



 







Disusun Oleh:
Kelompok III Manejemen F
 Arwinda                              (NIM…….)
Baiq Asni Rindang Lestari (NIM……)
Wandi                                 (NIM……)




JURUSAN MANAJEMEN
STIE MUHAMMADIYAH MAMUJU
2018

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah BAHASA INDONESIA yang berjudul “FUNGTUASI”.
Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, penulisan ini bertujuan untuk memahami PENULISAN HURUF, KATA, DAN TANDA BACA.
Merupakan suatu harapan pula, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, khususnya untuk penulis, kritik dan saran dari pembaca akan sangat perlu untuk memperbaiki dalam penulisan makalah dan akan diterima dengan senang hati. Serta semoga makalah ini tercatat menjadi motivator bagi penulis untuk penulisan makalah yang lebih baik dan bermanfaat. Aamiin...

Mamuju, 24  September 2018

Kelompok III











DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR………………………………………………...................................................i
DAFTAR ISI………………………………………………………….................................................ii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………….................................................1
A.  Latar Belakang...............................................................................................................................1
B.   Rumusan Masalah.........................................................................................................................1
C.   Tujuan Penulisan...........................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………..............................................2
A.  Penulisan Huruf..............................................................................................................................2
B.  Penulisan Kata.................................................................................................................................3
C.  Pemakaian Tanda Baca..................................................................................................................4

BAB  III  PENUTUP…………………………………………………...............................................12
      A. Kesimpulan.....................................................................................................................................12
      B.  Saran...............................................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………...................................................13














BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
Dalam penulisan memerlukan kemampuan dalam menggunakan berbagai kata yang akhirnya akan terbentuk menjadi sebuah kalimat. Dalam bahasa indonesia penulisan kata yang kemudian menjadi kalimat serta selanjutnya menjadi sebuah paragraf dan wacan harus memperhatikan beberapa kaidah yg mesti di penuhi.
Kaidah kaidah penulisan dalam bahasa indonesia yaitu diantaranya; pemakaian tanda baca, penulisan huruf, penulisan kata dan penulisan unsur dalam suatu kalimat atau beberapa kalimat. Kaidah kaidah tersebut harus di patuhi dan di laksanakan dalam bahasa indonesia khususnya dalam kegiatan menulis.
Pemakaian tanda baca dalam suatu kalimat merupakan bagian yg penting dalam berbahasa indonesia khususnya dalam bahasa tulis. Hal ini akan menunjukkan bagaimana kalimat tersebut di baca dan maksud dari kalimat tersebut. Penulisan huruf dalam suatu kalimat merupakan salah satu unsur yang mengikuti kaidah yang telah di tentukan. Penulisan kata yang berdasarkan jenisnya tersebut berbeda antara satu dengan yang lainnya.
B.   Rumusan Masalah
             Berdasarkan latar belakang diatas, makalah ini memiliki tiga rumusan masalah.
1. Bagaimana menggunakan huruf dalam kaidah bahasa indonesia yang baik dan benar?
2. Bagaimana penggunaan kata dalam kaidah bahasa indonesia yang baik dan benar?
3. Bagaimana penggunaan tanda baca dalam kaidah bahasa indonesia yang baik dan benar?
C.   Tujuan Penulisan
             Setelah membaca makalah ini, pembaca diharapkan memenuhi target tujuan penulisan. Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui aturan penggunaan huruf dalam kaidah bahasa indonesia yang baik dan benar;
2. Untuk mengetahui aturan penggunaan kata kaidah bahasa indonesia yang baik dan benar;
3. Untuk mengetahui aturan penggunaan tanda baca kaidah bahasa indonesia yang baik dan benar.






BAB II
PEMBAHASAN
(KOREKSI KESALAHAN: Margin isi pembahasan harus rata kiri kanan dengan Klik control + J
Hindari kopi paste semua isi materi dari buku atau google karena itu aturannya yang dilarang karena termasuk plagiarisme. Bisa kopi paste pendapat tapi menggunakan aturan “Kutipan Langsung” atau “Kutipan Tidak Langsung”, setelah itu dikomentari pakai pendapat kalian sendiri.. Bisa dilihat dilihat di bukunya Mulyati di materi pembahasan kelompok 10 dan 11. Wajibnya menggunakan referensi dari buku  sebagai referensi utama karena pendapatnya ilmiah dan bisa dipertanggung jawabkan tetapi kalau referensi dari google ada yang pendapat yang tidak ilmiah alias sesat dan ada juga yang ilmiah alias benar. Referensi dari google hanya berfungsi sebagai referensi tambahan saja, jangan dijadikan referensi utama didalam isi bab pembahasan dan didaftar pustaka. Halaman setiap 1 halaman pertama BAB dipojok kanan bagian paling atas dan halaman sesudahnya pojok kanan bagian paling bawah).

A. Penulisan Huruf 
1. Huruf Kapital atau Huruf Besar
a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.
Contoh : Saya membaca buku.
b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.
Contoh : Adik bertanya, “ Kenapa kita pulang ?”
           c. Huruf kapital dipakai sebagi huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan.
Contoh : Tuhan merahmati hamba- Nya.
d. Huruf kapital dipakai sebagai huruf nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang di ikuti nama orang.
Contoh : Sultan Hasanuddin, Haji Agus Salim, Nabi Sulaiman, Dia baru saja diangkat menjadi Sultan.
            e. Huruf kapital dipakai sebagai huruf nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang.
Contoh : Presiden Soekarno, Wakil Presiden Adam Malik.
f. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama sebagi nama orang.
Contoh : Muhammad Maulana Rizki, Syarifah Masitoh
g. Huruf kapital yang dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.
Contoh : bangsa Indonesia, suku Melayu, bahasa Arab.
           h. Huruf kapital yang dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari raya dan peristiwa sejarah.
Contoh : tahun Masehi, bulan Januari, hari Selasa, hari Lebaran, Proklamasi Kemerdekaan.
i. Huruf kapital sebagai huruf pertama nama khas dalam Geografi.
Contoh ; Peta Sumatra, Danau Toba, Sungai Musi.
j.  Huruf kapital sebagai huruf pertama nama badan resmi, lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan serta nama dokumen resmi
Contoh: Majelis Permusyawaratan Rakyat, Departemen Luar Negeri, Undang – Undang Dasar Republik Indonesia.
          k. Huruf Kapital dipakai sebagai Huruf pertama nama semua kata didalam nama buku,majalah,surat kabar , kecuali kata partikel , seperti di,ke,dari,untuk,dan,yang untuk,yang tidak terletak pada posisi awal.
Contoh: Dari Gajah Mada ke Jalan Gatot Subroto , Gaul ,Analisa
           l .Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam singkatan nama gelar,pangkat, dan sapaan.
Contoh:
a.di depan nama :        - Dr. Doktor
- Prof. Profesor
b.di belakang nama:   -M.A. Master of Arts
       m. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan seperti bapak,ibu,saudara,kakak,adik dan paman yang dipakai sebagai ganti sapaan.
Contoh : Apakah Ibu jadi ke Belawan besok?
2. Huruf Miring
a. Huruf Miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku,majalah,dan surat kabar yang dikutip dalam karangan.
Contoh : Majalah Bahasa dan Kesusastraan
             b. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf,bagian kata atau kelompok kata.
Contoh: Huruf pertama kata ajeg ialah a 
c.Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah atau ungkapan asing , kecuali yang sudah disesuaikan ejaannya.Dalam tulisan tangan atau ketikan, huruf atau kata yang akan dicetak miring diberi garis dibawahnya.
Contoh: Weltarschauung diterjemahkan menjadi “ pandangan hidup”. 
 B.  Penulisan Kata
Hal-hal yang akan dibicarakan yaitu sebagai berikut : 
a). Kata Dasar
Kata Dasar di tulis sebagai satu kesatuan. Contoh : pagar, rumah, tanah
b). Kata Turunan
    (1) Imbuhan (awalan, akhiran, sisipan) di tulis serangkai dengan kata dasar. Contoh: berduri, diangkat.
     (2) Awalan atau akhiran di tulis serangkai dengan kata yang langsung mengikutinya atau mendahuluinya bila bentuk dasarnya gabungan kata. Contoh: bertanggung jawab, membabi buta.
     (3) Jika bentuk dasar berupa gabungan kata dan sekaligus mendapat awalan dan akhiran maka kata-kata itu ditulis serangkai. Contoh: memberitahukan, penyalahgunaan.
    (4) Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, maka gabungan itu ditulis serangkai. Contoh: Pancasila, antarkota.
c. Kata Ulang
Kata ulang ditulis lengkap dengan menggunakan tanda hubung.
Contoh: lari-lari, sayur-mayur.

d. Gabungan Kata
   (1) Gabungan kata yang biasa disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsur-unsurnya ditulis terpisah. Contoh: duta besar, orang tua, kambing hitam.
    (2) Gabungan kata yang mungkin menimbulkan salah baca, dapat diberi tanda hubungun untuk menegaskan pertalian di antara unsur yang bersangkutan.
Contoh: alat pandang- dengar, ibu-bapak, anak pegawai-teras, buku sejarah-lama.
    (3)Gabungan kata yang sudah di anggap satu kata di tulis serangkai.
Contoh: Alhamdulillah, akhirulkalam, daripada, bumiputra.
  e. Kata Ganti ku, kau, mu dan nya
       Kata ganti ku dan kau ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya; kau, mu¸dan nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. 
Contoh : Buku ini ku baca.
Jangan sampai kau melupakan hal itu!
Itu bukan milikmu.
   f. Kata Depan di, ke dan dari
      Kata Depan di, ke dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
      Contoh :
Kiki pergi ke Jakarta.
Lilis berasal dari Sumatera Utara.
Erva berdiri di depan tugu Monas.
   g. Kata Sandang si dan sang
       Kata sandang si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
       Contoh : Anak itu digelari sang pengembara.
       Syarifah tidak menyukai si malas itu.

C. Pemakaian Tanda Baca

1.    Pengertian Tanda baca
Tanda baca adalah simbol yang tidak berhubungan dengan fonem (suara) atau kata dan frasa pada suatu bahasa, melainkan berperan untuk menunjukkan struktur dan organisasi suatu tulisan, dan juga intonasi serta jeda yang dapat diamati sewaktu pembacaan. Aturan tanda baca berbeda antar bahasa, lokasi, waktu, dan terus berkembang. Beberapa aspek tanda baca adalah suatu gaya spesifik yang karenanya tergantung pada pilihan penulis.
2.     Jenis-Jenis Tanda Baca dan Contoh Penggunaannya
1).      Tanda Titik ( . )
        a.       Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Contoh:
Saya suka makan nasi.
Apabila dilanjutkan dengan kalimat baru, harus diberi jarak satu ketukan.
   b.      Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang.
Contoh:  Irwan S. Gatot
Apabila nama itu ditulis lengkap, tanda titik tidak dipergunakan.
Contoh: Anthony Tumiwa
  c.       Tanda titik dipakai pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan.
Contoh:
Dr. (doktor)
S.E. (sarjana ekonomi)
Kol. (kolonel)
Bpk. (bapak)

  d.      Tanda titik dipakai pada singkatan kata atau ungkapan yang sudah sangat umum. Pada singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih hanya dipakai satu tanda titik.
Contoh:
dll. (dan lain-lain)
dsb. (dan sebagainya)
tgl. (tanggal)
hlm. (halaman)
  e.       Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu atau jangka waktu.
Contoh:
Pukul 7.10.12 (pukul 7 lewat 10 menit 12 detik) 0.20.30 jam (20 menit, 30 detik)
  f.       Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya.
Contoh: Kota kecil itu berpenduduk 51.156 orang.
  g.      Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah.
Contoh:
Nama Ivan terdapat pada halaman 1210 dan dicetak tebal.
Nomor Giro 033983 telah saya berikan kepada Mamat.
  h.      Tanda titik tidak dipakai dalam singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi maupun di dalam akronim yang sudah diterima oleh masyarakat.
Contoh:
DPR (Dewan Perwakilan Rakyat)
SMA (Sekolah Menengah Atas)
PT (Perseroan Terbatas)
WHO (World Health Organization)
UUD (Undang-Undang Dasar)
SIM (Surat Izin Mengemudi)
Bappenas (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional)
  i.        Tanda titik tidak dipakai dalam singkatan lambang kimia, satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang.
Contoh:
Cu (tembaga)
52 cm
l (liter)
Rp350,00
  j.        Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan, atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya.
Contoh:
Latar Belakang Pembentukan
Sistem Acara
Lihat Pula

2)      Tanda Koma (,)
        a.      Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau pembilangan.
Contoh:
Saya menjual baju, celana, dan topi.
Contoh penggunaan yang salah:
 Saya membeli udang, kepiting dan ikan.
  b.      Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara yang berikutnya, yang didahului oleh kata seperti, tetapi, dan melainkan.
Contoh:
Saya bergabung dengan Wikipedia, tetapi tidak aktif.
  c.       Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat apabila anak kalimat tersebut mendahului induk kalimatnya.
Contoh:
Kalau hari hujan, saya tidak akan datang.
Karena sibuk, ia lupa akan janjinya.
  d.      Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat apabila anak kalimat tersebut mengiringi induk kalimat.
Contoh:
 Saya tidak akan datang kalau hari hujan.
  e.       Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antara kalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi pula, meskipun begitu, akan tetapi.
Contoh:
Oleh karena itu, kamu harus datang.
Jadi, saya tidak jadi datang.
  f.       Tanda koma dipakai di belakang kata-kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan, yang terdapat pada awal kalimat.
Contoh:
O, begitu.
Wah, bukan main.
  g.      Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
Contoh: Kata adik, "Saya sedih sekali".
        h.      Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian alamat, (iii) tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
 Contoh:
Medan, 18 Juni 1984
        i.        Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka.
 Contoh:
Lanin, Ivan, 1999. Cara Penggunaan Wikipedia. Jilid 5 dan 6. Jakarta: PT Wikipedia Indonesia.
  j.        Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki.
Contoh:
Gatot, Bahasa Indonesia untuk Wikipedia. (Bandung: UP Indonesia, 1990), hlm. 22.
  k.      Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
Contoh: Rinto Jiang, S.E.
  l.        Tanda koma dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka.
Contoh:
33,5 m
Rp10,50
        m.    Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi.
Contoh: pengurus Wikipedia favorit saya, Borgx, pandai sekali.
  n.      Tanda koma dipakai untuk menghindari salah baca di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat.
Contoh:
Dalam pembinaan dan pengembangan bahasa, kita memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh.
Bandingkan dengan:
Kita memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh dalam pembinaan dan pengembangan bahasa.
  o.      Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru.
Contoh: "Di mana Rex tinggal?" tanya Stepheen.
3)     Tanda Titik Koma (;)
 a.      Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara.
Contoh:
Malam makin larut; kami belum selesai juga.
       b.      Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam suatu kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung.
Contoh:
Ayah mengurus tanamannya di kebun; ibu sibuk bekerja di dapur; adik menghafalkan nama-nama pahlawan nasional; saya sendiri asyik mendengarkan siaran pilihan pendengar.
4)     Tanda Titik Dua (:)
  a.      Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti rangkaian atau pemerian.
Contoh:
-Kita sekarang memerlukan perabotan rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.
-Fakultas itu mempunyai dua jurusan: Ekonomi Umum dan Ekonomi Perusahaan.

  b.      Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
Contoh:
Ketua                          : Borgx
Wakil Ketua                : Hayabuse
Sekretaris                    : Ivan Lanin
Wakil Sekretaris          : Irwan Gatot
Bendahara                   : Rinto Jiang
  c.       Tanda titik dua dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan.
Contoh:
Borgx :"Jangan lupa perbaiki halaman bantuan Wikipedia!"
Rex    : "Siap, Boss!"
  d.      Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan halaman, (ii) di antara bab dan ayat dalam kitab-kitab suci, atau (iii) di antara judul dan anak judul suatu karangan.
Contoh:
(i) Tempo, I (1971), 34:7
(ii) Surah Yasin:9
(iii) Karangan Ali Hakim, Pendidikan Seumur Hidup: Sebuah Studi, sudah terbit.
  e.       Tanda titik dua dipakai untuk menandakan nisbah (angka banding).
Contoh: Nisbah siswa laki-laki terhadap perempuan ialah 2:1.
  f.       Tanda titik dua tidak dipakai kalau rangkaian atau pemerian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan.
Contoh: Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.
5)      Tanda Hubung (-)
  a.      Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang.
Contoh:
anak-anak, berulang-ulang, kemerah-merahan
Tanda ulang singkatan (seperti pangkat 2) hanya digunakan pada tulisan cepat dan notula, dan tidak dipakai pada teks karangan.
  b.      Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian tanggal.
Contoh:
- p-e-n-g-u-r-u-s
- 8-4-1973
  c.       Tanda hubung dapat dipakai untuk memperjelas hubungan bagian-bagian ungkapan.
Bandingkan:
ber-evolusi dengan be-revolusi
dua puluh lima-ribuan (20×5000) dengan dua-puluh-lima-ribuan (1×25000).
Istri-perwira yang ramah dengan istri perwira-yang ramah
  d.      Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (a) se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital; (b) ke- dengan angka, (c) angka dengan -an, (d) singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata, dan (e) nama jabatan rangkap.
Contoh:
se-Indonesia
hadiah ke-2
tahun 50-an
ber-SMA
KTP-nya nomor 11111
sinar-X
Menteri-Sekretaris Negara
  e.       Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing.
Contoh:
di-charter
pen-tackle-an

6)      Tanda Pisah (–, —)
  a.      Tanda pisah em (—) membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberikan penjelasan khusus di luar bangun kalimat.
Contoh:
Wikipedia Indonesia—saya harapkan—akan menjadi Wikipedia terbesar.
  b.      Tanda pisah em (—) menegaskan adanya posisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih tegas.
Contoh:
Rangkaian penemuan ini—evolusi, teori kenisbian, dan kini juga pembelahan atom—telah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.
  c.       Tanda pisah en (–) dipakai di antara dua bilangan atau tanggal yang berarti sampai dengan atau di antara dua nama kota yang berarti 'ke', atau 'sampai'.
Contoh:
1919–1921
Medan–Jakarta
10–13 Desember 1999
  d.      Tanda pisah en (–) tidak dipakai bersama perkataan dari dan antara, atau bersama tanda kurang (−).
Contoh:
dari halaman 45 sampai 65, bukan dari halaman 45–65
antara tahun 1492 dan 1499, bukan antara tahun 1492–1499
−4 sampai −6 °C, bukan −4–−6 °C

7)     Tanda Elipsis (...)
  a.      Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus, misalnya untuk menuliskan naskah drama.
Contoh:
Kalau begitu ... ya, marilah kita bergerak.
  b.      Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang dihilangkan, misalnya dalam kutipan langsung.
Contoh:
Sebab-sebab kemerosotan ... akan diteliti lebih lanjut.
Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, perlu dipakai empat buah titik; tiga buah untuk menandai penghilangan teks dan satu untuk menandai akhir kalimat.
Contoh: Dalam tulisan, tanda baca harus digunakan dengan hati-hati ....
8)      Tanda Tanya (?)
  a.      Tanda tanya dipakai pada akhir tanya.
Contoh:
Kapan ia berangkat?
Saudara tahu, bukan?
Penggunaan kalimat tanya tidak lazim dalam tulisan ilmiah.
  b.      Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
Contoh:
Ia dilahirkan pada tahun 1683 (?).
Uangnya sebanyak 10 juta rupiah (?) hilang.

9)     Tanda Seru (!)
Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi yang kuat.
Contoh:
Alangkah mengerikannya peristiwa itu!
Bersihkan meja itu sekarang juga!
Sampai hati ia membuang anaknya!
Merdeka!
Oleh karena itu, penggunaan tanda seru umumnya tidak digunakan di dalam tulisan ilmiah atau ensiklopedia. Hindari penggunaannya kecuali dalam kutipan atau transkripsi drama.

10) Tanda Kurung ((...))
  a.      Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan.
Contoh:
Bagian Keuangan menyusun anggaran tahunan kantor yang kemudian dibahas dalam RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) secara berkala.
  b.      Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok pembicaraan.
Contoh:
Satelit Palapa (pernyataan sumpah yang dikemukakan Gajah Mada) membentuk sistem satelit domestik di Indonesia.
Pertumbuhan penjualan tahun ini (lihat Tabel 9) menunjukkan adanya perkembangan baru dalam pasaran dalam negeri.
  c.       Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan.
Contoh:
Kata cocaine diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kokain(a)
Pembalap itu berasal dari (kota) Medan.
  d.      Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan keterangan.
Contoh:
Bauran Pemasaran menyangkut masalah (a) produk, (b) harga, (c) tempat, dan (c) promosi.
Hindari penggunaan dua pasang atau lebih tanda kurung yang berturut-turut. Ganti tanda kurung dengan koma, atau tulis ulang kalimatnya.
Contoh:
Tidak tepat:
Nikifor Grigoriev (c. 1885–1919) (dikenal juga sebagai Matviy Hryhoriyiv) merupakan seorang pemimpin Ukraina.
Tepat:
Nikifor Grigoriev (c. 1885–1919), dikenal juga sebagai Matviy Hryhoriyiv, merupakan seorang pemimpin Ukraina.
Tepat:
Nikifor Grigoriev (c. 1885–1919) merupakan seorang pemimpin Ukraina. Dia juga dikenal sebagai Matviy Hryhoriyiv.

11)  Tanda Kurung Siku ([...])
  a.      Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah asli.
Contoh:
Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.
  b.      Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung.
Contoh:
Persamaan kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab II [lihat halaman 35–38]) perlu dibentangkan di sini.

12)  Tanda Petik ("...")
  a.      Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah atau bahan tertulis lain.
Contoh:
"Saya belum siap," kata Mira, "tunggu sebentar!"
Pasal 36 UUD 1945 berbunyi, "Bahasa negara ialah Bahasa Indonesia."
  b.      Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.
Contoh:
Bacalah "Bola Lampu" dalam buku Dari Suatu Masa, dari Suatu Tempat.
Karangan Andi Hakim Nasoetion yang berjudul "Rapor dan Nilai Prestasi di SMA" diterbitkan dalam Tempo.
Sajak "Berdiri Aku" terdapat pada halaman 5 buku itu.
  c.       Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus.
Contoh:
Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara "coba dan ralat" saja.
Ia bercelana panjang yang di kalangan remaja dikenal dengan nama "cutbrai".
  d.      Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung.
Contoh: Kata Tono, "Saya juga minta satu."
  e.       Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada ujung kalimat atau bagian kalimat.
Contoh:
Karena warna kulitnya, Budi mendapat julukan "Si Hitam".
Bang Komar sering disebut "pahlawan"; ia sendiri tidak tahu sebabnya.

13)  Tanda Petik Tunggal ('...')
  a.      Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.
Contoh:
Tanya Basri, "Kau dengar bunyi 'kring-kring' tadi?"
"Waktu kubuka pintu depan, kudengar teriak anakku, 'Ibu, Bapak pulang', dan rasa letihku lenyap seketika," ujar Pak Hamdan.
  b.      Tanda petik tunggal mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata atau ungkapan asing.
Contoh:
 feed-back 'balikan'
14)  Tanda Garis Miring (/)
  a.      Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.
Contoh:
No. 7/PK/1973
Jalan Kramat III/10
tahun anggaran 1985/1986
  b.      Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata tiap, per atau sebagai tanda bagi dalam pecahan dan rumus matematika.
Contoh:
harganya Rp125,00/lembar (harganya Rp125,00 tiap lembar)
kecepatannya 20 m/s (kecepatannya 20 meter per detik)
7/8 atau 78
xn/n!
Tanda garis miring sebaiknya tidak dipakai untuk menuliskan tanda aritmetika dasar dalam prosa. Gunakan tanda bagi  ÷ .
Contoh: 10 ÷ 2 = 5.
Di dalam rumus matematika yang lebih rumit, tanda garis miring atau garis pembagi dapat dipakai.
  c.       Tanda garis miring sebaiknya tidak dipakai sebagai pengganti kata atau.

15)  Tanda Penyingkat (Apostrof)(')
Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun.
Contoh:
Ali 'kan kusurati. ('kan = akan)
Malam 'lah tiba. ('lah = telah)
1 Januari '88 ('88 = 1988)
Sebaiknya bentuk ini tidak dipakai dalam teks prosa biasa.










BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
             Penggunaan tanda baca perlu diperhatikan dalam penulisan karya tulis atau karya ilmiah. Masing-masing tanda baca memiliki aturan dan tata letak penggunaannya, sehingga kita harus cermat dalam menggunakan tanda baca dan menempatkan tanda baca pada aturan yang telah ditetapkan. Penggunaan ejaan yang disempurnakan (EYD) sangat dibutuhkan dalam penulisan karya tulis ilmiah agar sebuah karya tulis ilmiah tersebut dapat tersusun dengan baik dan mudah dipahami.
             Dari berbagai macam sumber yang telah kami baca, maka penggunaan tanda baca perlu untuk dipahami dan dipelajari lebih detail agar penggunaan tanda baca pada karya ilmiah yang kita buat menjadi benar dan mudah dipahami oleh orang-orang yang akan membaca karya tulis kita.

B. Saran
            Dari tugas makalah tersebut, banyak hal yang dapat kita pelajari. Seperti halnya yang sudah kami harapkan dan sampaikan pada kata pengantar tugas makalah ini, yaitu semoga dengan terselesainya makalah ini dapat menambah wawasan kita dan pemahaman kita mengenai penggunaan tanda baca yang baik dan benar tentu saja sesuai dengan EYD.






























DAFTAR PUSTAKA

Mulyati. 2015. Terampil Berbahasa Indonesia. Jakarta: Kencana.
Muthalib, Abdul. 2018. Pungtuasi. (Online), (https;//www.abdulmuthalib.com/doc,diakses 12   Agustus 2018).
Pungtuasi, (Online), (https;//www.scribd.com/doc,diakses 12 Agustus 2018).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KISI-KISI UJIAN FINAL BAHASA INGGRIS 1

SURAT-MENYURAT

PENULISAN KATA BAKU DAN KATA TIDAK BAKU